Wednesday, March 27, 2013

A Man We Called Husband

Behind every great man stands a great woman
Either a lover, wife, mother or grandmother. But for most husbands, it is their wives.

Postingan kali ini sifatnya lebih ke confession. Tanpa mengurangi rasa bersyukur atas keadaan sekarang, gw kadang berasa suka kebanyakan ngeluh. Ngeluhnya sih jarang diomongin, tapi berasa banget days when I just 'fight' with my emotions.
Seperti yang sering gw omongin, bahwa expectation leads to disappointment. So to prevent feeling disappointed, you simply just need to stop expecting.

Jangka waktu gw pacaran sampai menikah itu less than a year. Mengesampingkan keraguan menikah karena percaya bahwa human being evolves. Inget omongan survival of the fittest? Sebenernya bukan yang kuat yang menang; buat gw arti yang lebih tepat adalah siapa yang bisa menempatkan diri itu yang bisa bertahan. Pacaran lama bukan jaminan bahwa pernikahan akan bertahan selamanya, dan siapa bilang kalau pacarannya bentar lalu nikahnya bentar juga.

Gw pernah bilang bahwa marriage is an endurance training. How you manage yourself to endure on those bickering and emotional fighting to each other. Cause come on, marriage is no fairytale at all ya. It's a true roller-coaster ride. You can be bitching about each other last night, and be all lovey-dovey in the morning. And this roller-coaster ride of mine, I've lost counts of how many laps those ups and downs went through our way.


Pernah baca di socmed soal empunya holycow steak dan loobie lobster, chef afit. Disitu dia cerita awal dia mau bisnis dia tanya istrinya mendukung apa engga. Karena menurut dia, support istri itu yang terpenting. Kalau istrinya ga bisa support 100% ya nanti gak akan berkah.
It reminds me of our so-called soccer jersey business with a friend. We started in the end of 2011, and it failed completely in mid 2012. Sebentar banget yah. Failing to plan is planning to fail is it.
Gw sebagai istri mendukung lah pasti ma pengenan suami. Ikutan jualan dikit-dikit di kantor. Mayan untungnya bisa buat jajan yah. Tapiiii mendukung ini pun nampaknya gak 100% mendukung. Seringkali geada di situasi dimana gw misuh-misuh soal kaos-kaosan. Ngerasa ga 100% 'memiliki' bisnisnya. Dan jujur banget nih yaaaa.... Kalo agung minta tolong ini itu soal kaos gw suka agak gak ikhlas ngerjainnya. Berasa 'ini kan punya elo' gitu. Trus nulisnya berasa durhaka banget deh sekarang. Maaf ya darl istrimu ini suka misuh-misuh...

Then during my blog-walking time, I stumbled to this writing of a wife. Dia ngungkapin rasa terima kasih dan syukur buat suaminya. Hampir setiap tulisan yang dia buat yang ada unsur suaminya, kalimatnya positif semua dan terselip doa disitu. Gw bacanya berasa menohok banget. Ngerasa betapa mulut gw jauh dari sempurna banget.

I think this is the whole meaning of the phrase above. Perkataan yang muncul dari seorang istri dan ibu adalah sebuah doa. Jadi gw khususnya sebagai istri hendaknya selalu berkata-kata yang baik mengenai suami, karena dari situ adalah awal sebuah doa.

No more bitching ya niaaa...

No comments:

Post a Comment

Bandung Staycation - Desember 2019

Untuk #DirdaharjaTrip akhir tahun kita pilih Bandung.. Hmmm dipilihnya karena nyocokin jadwal event papagung sih sebenernya... Nginep 4D3N...